Namun, ada pula kuliner Ramadhan yang bisa jadi tak dijual bebas, tetapi telah mentradisi di masyarakat tertentu, sehingga mereka selalu menyiapkan sendiri setiap waktu istimewa itu tiba. Seperti masyakarat Suku Kajang dari Bulumba misalnya yang memiliki Dumpi Eja yaitu kue jadul alternatif berbuka yang khas.
Kuliner racikan asli suku yang identik dengan kostum serba hitam ini memang unik. Semakin dikunyah rasa kuenya akan semakin manis. Rasa manis itu sendiri tak terlepas dari bahan utama yang digunakan dalam kue ini. Dumpi Eja diracik dari bahan sederhana, yaitu beras ketan dan gula merah, membuat tekstur makanan ini menjadi kenyal.
Oleh karena rasanya yang manis itu, bukan hal yang mengherankan jika Dumpi Eja dipilih sebagai hidangan takjil saat bulan puasa Ramadhan. Seperti diketahui, umumnya orang akan mengkonsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka puasa.Hal ini penting bagi kesehatan, terutama untuk menggantikan energi yang hilang setelah seharian tidak makan dan minum. Untuk menikmati kue jadul Dumpi Eja sendiri, biasanya didampingi dengan minuman hangat, baik teh maupun kopi hitam.
Usut punya usut, Dumpi Eja bukan sekedar makanan untuk berbuka puasa Ramadhan, melainkan juga menu wajib dalam setiap acara adat, khususnya perkawinan. Konon, penggunaan kue Dumpi Eja di acara pernikahan sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh Suku Kajang. Kue ini wajib dimakan saat dalam acara pernikahan adat, terlebih bagi yang masih berstatus lanjang baik pria maupun wanita.
Harapannya, mereka bisa segera mendapatkan jodoh. Terlepas dari mitos tersebut satu hal yang jelas, Dumpi Eja merupakan kue jadul yang merupakan resep asli turun temurun.
Keberadaannya patut dijaga bahkan dilestarikan. Turut melestarikan bukan saja bisa dilakukan oleh orang Kajang sendiri atau orang Bulukumba pada umumnya, melainkan juga Anda yang berada di luar Kabupaten asal Perahu Phinisi tersebut. Anda yang tak berada di Kajang pun dapat turut berpartisipasi melestarikan kue ini dengan membuatnya sendiri di rumah misalnya.
Cara membuatnya pun tak rumit, bahannya juga mudah didapatkan. Sediakan bahan utama, seperti gula merah, tepung beras ketan dan air wijen. Apabila ingin benar-benar menggunakan tepung alami, Anda bisa menumbuk sendiri beras ketan yang sudah direndam sekitar 5-10 jam dan ditiriskan. Tepung hasil tumbukan yang sudah halus itu lalu dicampur dengan gula merah yang telah disisir halus.
Tak perlu menggunakan mixer, tetapi cukup aduk dengan tangan saja. Sebagai tambahan tuangkan sedikit air untuk memudahkan pengadukan adonan hingga menjadi kenyal. Agar hasil maksimal, buat adonan hingga benar-benar kalis dan tidak berserat. Proses pembuatan selanjutnya dilanjutnya dengan menuangkan segelas wijen pada adonan dan mendiamkannya selama 12 jam. Setelah melewati proses itu, baru adonan digoreng dan siap disajikan.
Proses pembuatan kue jadul yang memakan waktu panjang ini menandakan dibutuhkannya kesabaran dalam pembuatan makanan yang berasa manis tersebut. Barangkali hal ini sekaligus bisa dimaknai untuk mendapatkan sesuatu yang manis tidaklah instan, tetapi butuh kesabaran panjang.
Baca juga: Resep dan Cara Membuat Kue Kontol Kambing Khas Malang. Klik Disini